Cari Blog Ini

Selasa, 18 Oktober 2011

tujuan dakwah untuk meningkatkan derajat seseorang


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Kita sering membaca alquran dan memaknai alquran itu dengan sepengetahuan kita, akan tetapi kita sering bahkan setiap kali kita membaca alquran, kita tidak mengetahui makna yang terkandung di balik surat maupun ayat yang kita baca dalam alquran.
Dalam kesempatan ini, kami membuat sedikit makalah yang menyinggung akan perlunya kita memahami isi dan tafsir alquran yang kita baca.
Alquran menjelaskan bahwa membaca alquran itu mendapat pahala yang banyak walaupun itu membaca hanya satu ayat, oleh karena itu membaca alquran tanpa mengetahui maknanya bagai sayur tak bergaram.
Dalam makalah ini terdapat beberapa ayat mengenai tujuan dakwah untuk mengangkat derajat seseorang, yang terangkum dalam sebuah tulisan makalah yang mana bertujuan untuk dapat di pahami oleh mahasiswa dengan lebih mudah.

2. Rumusan Masalah
  1. Bagaimana Tafsir Surat Ali Imran Ayat 138?
  2. Bagaimana Tafsir Ali Imran Ayat 139?











BAB II
PEMBAHASAN

A.       Bahan
Surat ali imran 138
#x»yd ×b$ut/ Ĩ$¨Y=Ïj9 Yèdur ×psàÏãöqtBur šúüÉ)­GßJù=Ïj9 ÇÊÌÑÈ  
138. (Al Quran) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
#x»yd : (alquran) ini adalah                    Yèdur : dan petunjuk
b$ut/ : penerangan                                ×psàÏãöqtBur : serta pelajaran
¨$¨Y=Ïj9 : bagi seluruh manusia                šúüÉ)­GßJù=Ïj9 : bagi orang-orang yang bertaqwa
Tafsir
Ayat ini menjelaskan tentang mempelajari sejarah-sejarah umat yang dahulu dan melihat berkasnya dengan melawat mengembara dengan sendirinya akan memperoleh penjelasan, petunjuk, dan pengajaran. Ilmu kita akan bertambah tentang perjuangan hidup manusia di dalam alam ini. Dalam ayat ini kita berjumpa dengan anjuran mengetahui beberapa ilmu yang amat penting.[1] Pertama sejarah, kedua ilmu bekas peninggalan kuno, ketiga ilmu siasat perang, keempat ilmu mengendalikan negara.
Menurut tafsir al misbah, dari arti surat ali imran ayat 138 di tafsirkan sebagai berikut : ini, yakni pesan-pesan yang di kandung oleh semua ayat-ayat yang lalu, atau alquran secara keseluruhan adalah penerangan yang memberi keterangan dan menghilangkan kesangsian seta keraguan bagi seluruh manusia, dan ia juga berfungsi petunjuk yang memberi bimbingan masa kini dan datang menuju ke arah yang benar serta peringatan yang halus dan berkesan menyangkut hal-hal yang tidak wajar bagi orang-orang yang bertaqwa, yang antara lain mampu mengambil hikmah, dan pelajaran dari sunnatullah yang berlaku dalam massyarakat[2].
Ayat ini, memerintahkan untuk mempelajari sunnah, yakni kebiasaan-kebiasaan atau ketetapan ilahi dalam masyarakat. Sunnatullah adalah kebiasaan-kebiasaan allah dalam memperlakukan masyarakat. Perlu diingat bahwa apa yang di namai hukum-hukum alam pun adalah sebuah kebiasaan yang di alami manusia. Dari ikhtisar pukul rata statistik tentang hal tersebut, hukum-hukum alam di rumuskan. Kebiasaan tersebut dinyatakanya sebagai tidak beralih (QS. Al isra’ :77) dan tidak pula berubah (QS. Al fath : 23). Karena sifatnya demikian, maka ia dapat juga dinamai dengan hukum-hukum kemasyarakatan atau ketetapan-ketetapan bagi masyarakat. Ini berarti ada  keniscayaan bagi sunnatullah, tidak ubahnya dengan hukum-hukum alam atau hukum-hukum yang berkaitan dengan materi. Apa yang di tegaskan dalam alquran ini di konfirmasikan oleh ilmuan: “ hukum-hukum alam sebagaimana hukum-hukum kemasyarakatan bersifat umum dan pasti, tidak satu pun, di negeri mana pun yang dapat terbebaskan dari sanksi bila melanggarnya.
Pernyataan ALLAH: ini adalah penjelasan buat manusia, juga mengandung makna bahwa allah tidak menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi itu. Dia tidak mendadak manusia dengan siksanya, karena ini adalah penjelasan petunjuk jalan  lagi peringatan[3].









Surat ali imran 139
Ÿwur (#qãZÎgs? Ÿwur (#qçRtøtrB ãNçFRr&ur tböqn=ôãF{$# bÎ) OçGYä. tûüÏZÏB÷sB ÇÊÌÒÈ  
139. janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, Padahal kamulah orang-orang yang paling Tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
wur : dan janganlah                   NçFRr&ur : padahal kamulah
#qãZÎgs? : bersikap lemah böqn=ôãF{$# : orang-orang yang paling tinggi derajatnya
wur : dan jangan pula                OçGYä. bÎ) : jika kamu    
#qçRtøtrB : kamu bersedih hati       tûüÏZÏB÷sB : orang-orang yang beriman
            Tafsir

Pada ayat ini menerangkan masalah perang uhud. Uraianya di antar oleh dua ayat sebelum ini yang menguraikan masalah sunnah atau hukum-hukum kemasyarakatan yang berlaku terhadap semua manusia dan masyarakat. Kalau dalam perang uhud mereka tidak meraih kemenangan, bahkan menderita luka dan pembunuhan, dan dalam perang badar mereka dengan gemilang meraih kemenangan dan berhasil menawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, maka itu adalah bagian dari sunnatullah. Karena itu, di sana mereka di perintahkan untuk berjalan di bumi mempelajari bagaimana kesudahan mereka yang melanggar dan mendustakan ketetapan-ketetapan allah. Karena itu, janganlah kamu melemah mengahadapi musuhmu dan musuh allah, kuatkan jasmaninya dan janganlah pula kamu bersedih hati akibat apa yang kamu alami dalam perang uhud, atau peristiwa lain yang serupa, tetapi kuatkan mentalmu. Mengapa kamu lemah atau bersedih, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi derajatnya di sisi allah di dunia maupun akhirat, di dunia karena apa yang kamu kerjakan dan perjuangkan adalah kebenaran dan di akhirat karena kamu mendapat surga. Mengapa kamu bersedih sedang yang gugur di di antara kamu menuju surga dan yang luka mmendapat pengampunan ilahi, ini jika kamu orang-orang mukmin, yakni jika kamu benar-benar keimanan telah mantap dalam hatimu.[4]
Setelah selesai perang uhud yang telah menewaskan 70 mujahid fi-sabilillah, antaranya hamzah bin abdul muthalib, paman nabi s.a.w. sendiri dan nabi s.a.w. pun mendapat luka, kelihatanlah kelesuan, kelemahan, dan duka cita, maka datanglah ayat ini : angkat mukamu, jangan lemah dan jangan berduka cita. Sebab suatu hal masih ada padamu, modal tunggal yang tidak akan pernah dapat di rampas oleh musuhmu, yaitu iman. Jikalau kamulah yang tinggi dan akan tetap tinggi. Sebab iman itulah panduanmu menempuh zaman depan yang masih akan mau di hadapi.[5]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar