Cari Blog Ini

Jumat, 28 Oktober 2011

prinsip dakwah


Prinsip Dakwah
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:
“hadist”
Dosen pembimbing :
Drs. H. Abd. Mujib Adnan, M.Ag.
154877_171252989563669_100000369074399_442965_474648_n
Oleh:
Teguh Elfan Hidayat :                B01210009
Leni nur aini :                            B01210008
Muhammad nurus shobih :         B01210007

Kpi A
FAKULTAS DAKWAH
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011



KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.
             Segala puji bagi Allah yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatnya bagi kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas  membuat makalah pada mata kuliah “hadist”.
            Dalam hal ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Drs. H. Abd. Mujib Adnan, M.Ag., Yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini Makalah ini betemakan  prinsip dakwah”.
             Atas terbentuknya makalah ini kami sebagai penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang ada dalam makalah ini.
             Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

      
                                                                                                                        Hormat kami,



                                                                                                                          
                                                                                                                            Penyusun












DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................. i
KATA PENGANTAR.............................................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................... iii
BAB I        PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1. Latar Belakang................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah............................................................................................ 1
BAB II       PEMBAHASAN ................................................................................... 2
      1. dakwah dan amar ma;ruf nahi munkar.............................................................. 2
      2. dakwah menurut alquran.................................................................................. 4
      3. prinsip dakwah................................................................................................ 6
BAB III     PENUTUP............................................................................................. 7
      A. Kesimpulan............................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................. 8

    


BAB I
PENDAHULUAN
1.      LATAR BELAKANG
Dunia semakin hari semakin maju dan modern, perkembanganya pun semakin cepat, dan kerusakan yang di timbulkanya pun juga semakin banyak. Maka manusia perlu di berikan pengarahan-pengarahan lagi tentang etika-etika dalam bermasyarakat dan berkarya di dunia, sehingga tidak saling berlomba untuk semakin maju dan maju tanpa memperdulikan efek setelahnya.
Oleh karena itu, dakwah sangatlah di butuhkan saat ini sebagai satu-satunya alat yang di gunakan untuk menyadarkan manuia kembali ke jalan yang benar. Pastinya dalam berdakwah tidak hanya sebatas menyampaikan kebenaran saja, tapi perlu adanya prinsip-prinsip dalam berdakwah, supaya dakwah itu dapat di lakukan dengan baik dan benar dan juga ter manage dengan baik.

2.      RUMUSAN MASALAH
A.     Apa pengertian dakwah dan amar ma’ruf nahi munkar?
B.     Bagaimana dakwah menurut alquran?
C.     Bagaimana prinsip dalam berdakwah?
















BAB II
PEMBAHASAN
A.                 Da'wah dan amar ma'ruf nahi munkar
  • Hadits Tentang Prinsip Dakwah

عن أبى موس السعري قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم اطعمو الجائع وعود المريض وفكوالعاني

”Dari Abu Musa al Asy’ari beliau berkata sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, berikan makan kepada orang yang sedang lapar, jenguklah orang yang sedang sakit, bebaskan orang-orang yang bermasalah atau sedang tertindas”.
  • . Penjelasan
Hadits ini menjelaskan bahwa sahabat Abu Musa al-Asy’ari ini memberkan atau mengingatkan serta menjelaskan kepada semua masyarakat tentang apa yang disabdakan oleh Rasulullah SAW. Bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: (اطعمو الجائع) berilah makan terhadap orang yang kelaparan.
Sebagai mahasiswa atau orang yang berwawasan sosial atau mempunyai profesi atau jurusan sebagai da’i, kita harus mempunyai pemikiran yang luas. Makna dari (اطعمو الجائع) menurut pandangan kita bagi calon-calon da’i, ini bisa tafsirkan secara luas, misalnya. Di dalam berkehidupan dan bermasyarakat ada tetangga kita yang sakit mari kita jenguk, ada yang kurang mampu mari kita bantu. Hal inilah juga merupakan (اطعمو الجائع). Jadi tidak terpakai kepada makna secara leterlek yang maknanya tadi hanya memberi makan kepada orang yang lapar saja. Sesuatu hal inilah dapat kita manfaatkan dengan dakwah dengan pendekatan masyarakat dengan baik. Di dalam (اطعمو الجائع) ini kita bisa tafsirkan dengan makna sesuatu hal yang menjadi kebutuhan bagi masyarakat.
Da'wah Secara lughawi berasal dari bahasa Arab, da'wah yang artinya seruan, panggilan, undangan. Secara istilah, kata da'wah berarti menyeru atau mengajak manusia untuk melakukan kebaikan dan menuruti petunjuk, menyuruh berbuat kebajikan dan melarang perbuatan munkar yang dilarang oleh Allah Swt. dan rasul-Nya agar manusia mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Syaikh Ali Mahfuzh -murid Syaikh Muhammad Abduh- sebagai pencetus gagasan dan penyusunan pola ilmiah ilmu da'wah memberi batasan mengenai da'wah sebagai: "Membangkitkan kesadaran manusia di atas kebaikan dan bimbingan, menyuruh berbuat ma'ruf dan maencegah dari perbuatan yang munkar, supaya mereka memperoleh keberuntungan kebahagiaan di dunia dan di akhirat." Da'wah adalah usaha penyebaran pemerataan ajaran agama di samping amar ma'ruf dan nahi munkar. Terhadap umat Islam yang telah melaksanakan risalah Nabi lewat tiga macam metode yang paling pokok yakni da'wah, amar ma'ruf, dan nahi munkar, Allah memberi mereka predikat sebagai umat yang berbahagia atau umat yang menang. Adapun mengenai tujuan da'wah, yaitu: pertama, mengubah pandangan hidup. Dalam QS. Al Anfal: 24 di sana di siratkan bahwa yang menjadi maksud dari da'wah adalah menyadarkan manusia akan arti hidup yang sebenarnya. Hidup bukanlah makan, minum dan tidur saja. Manusia dituntut untuk mampu memaknai hidup yang dijalaninya. Kedua, mengeluarkan manusia dari gelap-gulita menuju terang-benderang. Ini diterangkan dalam firman Allah: "Inilah kitab yang kami turunkan kepadamu untuk mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada terang-benderang dengan izin Tuhan mereka kepada jalan yang perkasa, lagi terpuji." (QS. Ibrahim: 1)
Secara prinsipil seorang Muslim dituntut untuk tegas dalam menyampaikan kebenaran dan melarang dari kemunkaran. Rasul Saw. bersabda: "Barang siapa di antara kamu menjumpai kemunkaran maka hendaklah ia rubah dengan tangan (kekuasaan)nya, apabila tidak mampu hendaklah dengan lisannya, dan jika masih belum mampu hendaklah ia menolak dengan hatinya. Dan (dengan hatinya) itu adalah selemah-lemahnya iman". Hadits ini memberikan dorongan kepada orang Muslim untuk ber-amar ma'ruf dengan kekuasaan dalam arti kedudukan dan kemampuan fisik dan kemampuan finansial. Amar ma'ruf dan khususnya nahi munkar minimal diamalkan dengan lisan melalui nasihat yang baik, ceramah-ceramah, ataupun khutbah-khutbah, sebab semua. Muslim tentunya tidak ingin bila hanya termasuk di dalam golongan yang lemah imannya.
Dalam menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar hendaknya memperhatikan beberapa poin yang insya Allah bisa diterapkan dalam berbagai bentuk masyarakat:
1.      Hendaknya amar ma'ruf nahi munkar dilakukan dengan cara yang ihsan agar tidak berubah menjadi penelanjangan aib dan menyinggung perasaan orang lain. Ingatlah ketika Allah berfirman kepada Musa dan Harun agar berbicara dengan lembut kepada Fir'aun (QS. Thaha: 44). Islam adalah agama yang berdimensi individual dan sosial, maka sebelum memperbaiki orang lain seorang Muslim dituntut berintrospeksi dan berbenah diri, sebab cara amar ma'ruf yang baik adalah yang diiringi dengan keteladanan.
2.      Menyampaikan amar ma'ruf nahi munkar disandarkan kepada keihklasan karena mengharap ridla Allah, bukan mencari popularitas dan dukungan politik.
3.      Amar ma'ruf nahi munkar dilakukan menurut Al-Qur'an dan Al-Sunnah, serta diimplementasikan di dalam masyarakat secara berkesinambungan.
B.                 DAKWAH MENURUT AL-QUR’AN
1. Kembali kepada Al Qur’an dan As-Sunnah An-Nabawiyah yang shahih dengan pemahaman Salafush Shalih Radhiyallahu ‘Anhum sebagai pengamalan firman Allah ‘Azza wajalla,
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيراً
Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya. dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mu’min, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia kedalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruknya tempat kembali. (Qs. An-Nisaa: 115)
Dan juga sebagai implementasi dari firman Allah Ta’ala:
فَإِنْ آمَنُوا بِمِثْلِ مَا آمَنْتُمْ بِهِ فَقَدِ اهْتَدَوْا وَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّمَا هُمْ فِي شِقَاقٍ فَسَيَكْفِيكَهُمُ اللَّهُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
Maka jika mereka beriman kepada apa yang kamu telah beriman kepadanya, sungguh mereka telah mendapat petunjuk; dan jika mereka berpaling, sesungguhnya mereka berada dalam permusuhan (dengan kamu). Maka Allah akan memelihara kamu dari mereka. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”. (Qs. Al Baqarah: 137)
2. Tashfiyah / mensucikan kehidupan kaum muslimin dari noda-noda kesyirikan dalam berbagai bentuknya, memperingatkan dari bid’ah yang mungkar dan pemikiran-pemikiran batil yang menyusup ke dalam tubuh kaum muslimin, membersihkan sunnah nabi dari riwayat-riwayat dha’if dan palsu yang mengotori kemurnian islam dan menghambat kemajuan kaum muslimin demi menunaikan amanah ilmiyah seperti sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
يَحْمِلُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُوْلُهُ يَنْفُوْنَ عَنْهُ تَحْرِيْفَ الْغَالِيْنَ وَانْتِحَالَ المْبُطْلِيْنَ وَتَأْوِيْلَ الجْاَهِلِيْنَ
Agama ini dibawa pada setiap penerusnya oleh orang-orang adilnya, mereka melenyapkan penyimpangan orang-orang yang melampau batas dan tipu daya para pengekor kebatianl serta menghilangkan takwilnya orang-orang jahil”.
Juga sebagai realisasi firman Allah Ta’ala :
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلا تَعَاوَنُوا عَلَى الْأِثْمِ وَالْعُدْوَانِ
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran”. (Qs. Al Maidah: 2)
3. Membina kaum muslimin di atas agama mereka yang haq, mengajak mereka untuk mengamalkan hukum-hukum agama islam dan berhias diri dengan keutamaan dan akhlak islam. Yang demikian akan memberikan jaminan untuk mendapatkan ridha Allah dan merealisasikan kebahagian dan keluhuran. Itu semua merupakan bentuk perwujudan sifat yang Allah sematkan terhadap kelompok yang selamat dari kerugian,
وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ
Dan mereka saling mewasiatkan dengan kebenaran dan kesabaran”.
(Qs. Al Ashar: 3)
Dan juga sebagai ketundukan terhadap perintah Allah Ta’ala,
وَلَكِنْ كُونُوا رَبَّانِيِّينَ بِمَا كُنْتُمْ تُعَلِّمُونَ الْكِتَابَ وَبِمَا كُنْتُمْ تَدْرُسُونَ
Akan tetapi (dia berkata):”Hendaklah kamu menjadi orang-orang rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Alkitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”. (Qs. Ali Imran: 79)
4. Menghidupkan metode ilmiyah yang islami dan benar dengan bimbingan Al Qur’an dan As-Sunnah di atas manhaj Salafush Shalih, dan melenyapkan kebekuan taqlid madzhab serta membuang fanatik hizbi (kelompok) yang membelenggu akal kebanyakan kaum muslimin. Serta mewujudkan ukhuwah islamiyah diatas akidah dan manhaj Ahlus Sunnah sebagai pelaksanaan terhadap firman Allah Subhanahu Wa Ta’ala,
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعاً وَلا تَفَرَّقُو )آل عمران(103;
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai”. (Qs. Ali Imran: 103)
Dan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam:
كُوْنوُاْ عِبَادَ اللهِ إِخْوَاناً
Jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara”.
4.      Tidak memprovokasi kaum muslimin untuk melawan pemerintahnya meski mereka lalim, tidak melalui minbar-minbar khutbah atau pun melalui sarana-sarana lainnya, karena yang demikian menyelisihi sunnah Salafus Shalih, juga sebagai aplikasi dari sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam,
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِيْ سُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِيْهِ عَلاَنِيَةً وَلْيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَإِنْ سَمِعَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ أَدَّى الَّذِي عَلَيْهِ
Barangsiapa ingin menasihati penguasa maka janganlah menampakkannya terang-terangan di hadapan massa, namun gaetlah tangannya (yakni dengan empat mata / rahasia), jika dia mau mendengar maka itulah (yang diharapkan), jika tidak mau mendengarnya maka dia telah menunaikan kewajibannya”.

C.                 PRINSIP DAKWAH
Dalam rangka berdakwah kepada yang berlainan agama sepatutnya seorang Da'i harus memperhatikan prinsip-prinsip dakwah, antara lain:
·        Prinsip tabsyir, adalah upaya untuk mendekati dan merangkul setiap potensi umat non-muslim untuk bergabung dalam naungan petunjuk Islam, dengan cara-cara yang bijaksana, pengajaran dan bimbingan yang baik, dan mujadalah (diskusi dan debat) yang lebih baik, serta memberikan pemahaman yang benar dan menarik tentang Islam, serta merangkul mereka untuk bersama-sama membangun masyarakat dan bangsa yang damai, aman, tertib dan sejahtera. Dengan cara ini dakwah kepada non-muslim tidak diarahkan untuk memaksa mereka memeluk Islam. Tetapi membawa mereka kepada pemahaman yang benar tentang Islam, sehingga mereka tertarik kepada Islam, bahwa dengan sukarela memasuki Islam.
·        Prinsip Tadarruj, adalah upaya dalam menerapkan syariat Islam secara pelan-pelan dan tidak sekaligus, agar mereka yang telah masuk Islam tidak merasa berat dengan agama barunya tersebut.
·        Prinsip Akhlaqul Karimah, adalah upaya memperlihatkan keindahan Islam kepada bukan Islam agar mereka tersentuh jiwanya dan mau mengikuti pentunjuk Allah. Prinsip ini pada dasarnya adalah pripsim propesional dimana didalam terkandung nilai-nilai universal seperti jujur, amanah, santun, tidak meminta-minta dan sebagainya.
·        Prinsip Hurriyah, adalah upaya berpikir kreatif dan bebas sesuai dengan nilai-nilai Islami, sehinggga dapat mencerdaskan pemikiran masyarakat. Berpikir bebas tanpa paksaan ini agar kalangan non muslim tidak merasa tertipu dan adanya rekayasa dalam dakwah Islam. Maka masyarakat non muslim jika mau masuk agama Islam murni atas kehendaknya sendiri bukan paksaan atau intimidasi dari pihak tertentu. Prinsip inilah yang membuat Islam bertahan lama di sebuah negara.
·        Prinsip Tasamuh, adalah upaya kedewasaan bermasyarakat agar saling menghormati, menghargai sesama, prinsip ini merupakan sebuah keluasan berpendapat dan bijak menghargai prinsip dari agama yang lain, sehingga masyarakat tidak terjebak dalam propokasi murahan.

BAB III
PENUTUP
A.     KESIMPULAN
Bahwa dakwah memiliki beberapa prinsip untuk melaksanakanya, yaitu
·         Prinsip tabsyir,
·        Prinsip Tadarruj,
·        Prinsip Akhlaqul Karimah,
·        Prinsip Hurriyah,
·        Prinsip Tasamuh,
Dengan adanya prinsip-prinsip tersebut, proses berdakwah akan lebih mudah untuk di lakukan dan bahkan akan mudah di terima oleh masyarakat,  Untuk berdakwak kepada masyarakat yang berlainan budaya hendaknya dilakukan dengan pendekatan dakwah kultural, yakni kegiatan dakwah dengan memperhatikan, memperhitungkan dan memanfaatkan adat-istiadat, seni, dan budaya lokal, yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, dalam proses menuju kehidupan Islami. Munculnya konsep dakwah kultural merupakan untuk mengembangkan sayap dakwahnya menyentuh ke seluruh lapisan umat Islam yang beragam sosial kulturalnya. Sehingga dengan dakwah kultural, organasasi dakwah dapat memahami pluralitas budaya, sehingga dakwah yang ditujukan kepada mereka dilakukan dengan dialog kultural, sehingga akan mengurangi benturan-benturan yang selama ini dipandang kurang menguntungkan, tetapi tetap berpegang pada prinsip pemurnian (salafiyyah) dan pembaharuan (tajdidiyah). Dengan demikian, dakwah kultural sebenarnya akan mengokohkan prinsip-prinsip dakwah dan amar makruf nahi munkar yang bertumpu pada tiga prinsip Tabsyir, Islah dan Tajdid.










DAFTAR PUSTAKA
Abdul-Khalik, Abdurrahman. 1991.Prinsip-prinsip dakwah salafiyyah. Jakarta : Dewan Pustaka Islam
Google books prinsip dakwah







Selasa, 18 Oktober 2011

ISLAMISASI DI NUSANTARA


Islamisasi di nusantara
Di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah:
“sejarah dakwah”
Dosen pembimbing :
Sheh Sulhawi Rubba

154877_171252989563669_100000369074399_442965_474648_n
Oleh:
Teguh Elfan Hidayat :                B01210009
Dian Visma Yulita :                   B01210017
Lailatur Rohmah :                      B01210029
Ahmad  Ainul Yaqin :                B01210024

Kpi A
FAKULTAS DAKWAH
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI SUNAN AMPEL
SURABAYA
2011
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum. Wr. Wb.
             Segala puji bagi Allah yang Maha Esa, yang telah melimpahkan rahmatnya bagi kita semua sehingga kami dapat menyelesaikan tugas  membuat makalah pada mata kuliah “sejarah dakwah.
            Dalam hal ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Sheh Sulhawi Rubba, Yang telah membimbing kami dalam mata kuliah ini Makalah ini betemakan  islamisasi di nusantara”.
             Atas terbentuknya makalah ini kami sebagai penulis menyadari bahwa banyak kekurangan yang ada dalam makalah ini.
             Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.

      
                                                                                                                        Hormat kami,



                                                                                                                          
                                                                                                                            Penyusun












DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................................... i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI                                                                                                           ...... iii
BAB I              PENDAHULUAN.................................................................................. 1
1. Latar Belakang...................................................................................................... 1
2. Rumusan Masalah.................................................................................................. 1
BAB II             PEMBAHASAN ................................................................................... 2
           1. Proses Islamisasi Di Indonesia.......................................................................... 2
           2. Situasi dan Kondisi Umum Wilayah Nusantara.................................................. 3
           3. Teori Tentang Masuknya Islam Ke Nusantara................................................... 3
           4. Proses Islamisasi Di Sumatera.......................................................................... 5
           5. Proses Islamisasi Di Jawa................................................................................. 6
BAB III           PENUTUP............................................................................................. 8
      A. Kesimpulan..................................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................... 9

     








BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering bahkan setiap detik kita mendengar kata islam, karena kita beragama islam.
Sering kita di sebut-sebut dengan islam karena bawaan atau islam keturunan, karena orang tua kita beragama islam, maka dari itu kita sebagai manusia makhluk yang paling sempurna hendaklah mengerti apa yang di maksud islam? Bagaimana islam itu bisa masuk ke negara kita? Kenapa kita bisa memeluk agama islam?.
Kita sebagai mahasiswa harusnya dapat berfikir dan bila perlu meneliti bagaimana peerkembangan islam dan bagaimana islam itu masuk ke indonesia, begitu pula sejarah islam di indonesia.
Masih banyak hal-hal yang belum kita ketahui tentang agama kita saat ini, dalam kesempatan ini mari kita gunakan akal kita untuk mencari tahu seluk beluk agama islam agar dengan mengetahui islam secara keseluruhan dapat meningkatkan keimanan kita kepada allah dan agamanya. Amiinn.

B.     Rumusan masalah
1.                  Bagaimana proses islamisasi di nusantara?
2.                  Bagaimana situasi dan kondisi wilayah nusantara?
3.                  Bagaimana teori tentang masuknya islam ke indonesia?
4.                  Bagaimana proses masuknya islam di sumatera?
5.                  Bagaimana proses masuknya islam di jawa?










BAB II
PEMBAHASAN

PROSES ISLAMISASI DAN PERKEMBANGAN ISLAM
DI INDONESIA
Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku, bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Suku bangsa Indonesia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, jika dilihat dari sudut antropologi budaya, belum banyak mengalami percampuran jenis-jenis bangsa dan budaya dari luar, seperti dari India, Persia, Arab, dan Eropa. Struktur sosial, ekonomi, dan budayanya agak statis dibandingkan dengan suku bangsa yang mendiami daerah pesisir. Mereka yang berdiam di pesisir, lebih-lebih di kota pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih berkembang akibat percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.

1.    Proses Islamisasi di Indonesia
Dalam  masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia, terdapat negara-negara yang bercorak Indonesia-Hindu. Di Sumatra terdapat kerajaan Sriwijaya dan Melayu; di Jawa, Majapahit; di Sunda, Pajajaran; dan di Kalimantan, Daha dan Kutai.
Agama Islam yang datang ke Indonesia mendapat perhatian khusus dari kebanyakan rakyat yang telah memeluk agama Hindu. Agama Islam dipandang lebih baik oleh rakyat yang semula menganut agama Hindu, karena Islam tidak mengenal kasta, dan Islam tidak mengenal perbedaan golongan dalam masyarakat. Daya penarik Islam bagi pedagang-pedagang yang hidup di bawah kekuasaan raja-raja Indonesia-Hindu agaknya ditemukan pada pemikiran orang kecil. Islam memberikan sesuatu persamaan bagi pribadinya sebagai anggota masyarakat muslim. Sedangkan menurut alam pikiran agama Hindu, ia hanyalah makhluk yang lebih rendah derajatnya daripada kasta-kasta lain. Di dalam Islam, ia merasa dirinya sama atau bahkan lebih tinggi dari pada orang-orang yang bukan muslim, meskipun dalam struktur masyarakat menempati kedudukan bawahan.
Proses islamisasi di Indonesia terjadi dan dipermudah karena adanya dukungan dua pihak: orang-orang muslim pendatang yang mengajarkan agama Islam dan golongan masyarakat Indonesia sendiri yang menerimanya. Dalam masa-masa kegoncangan politik, ekonomi, dan sosial budaya, Islam sebagai agama dengan mudah dapat memasuki & mengisi masyarakat yang sedang mencari pegangan hidup, lebih-lebih cara-cara yg ditempuh oleh orang-orang muslim dalam menyebarkan agama Islam, yaitu menyesuaikan dengan kondisi sosial budaya yang telah ada. Dengan demikian, pada tahap permulaan islamisasi dilakukan dengan saling pengertian akan kebutuhan & disesuaikan dengan kondisi masyarakatnya. Pembawa dan penyebar agama Islam pada masa-masa permulaan adalah golongan pedagang, yang sebenarnya menjadikan faktor ekonomi perdagangan sebagai pendorong utama untuk berkunjung ke Indonesia. Hal itu bersamaan waktunya dengan masa perkembangan pelayaran dan perdagangan internasional antara negeri-negeri di bagian barat, tenggara, dan timur Asia.

2.    Situasi dan Kondisi Umum Wilayah Nusantara
Wilayah Nusantara yang nantinya disebut Indonesia ketika itu cakupannya tidak hanya sebatas wilayah yang terletak antara 5054‘’ LU sampai 110LS dan 95001’BT sampai 141002’BT setidaknya sama dengan wilayah nusantara sebagaimana disebutkan dalam kitab Nagarakertagama masa Majapahit. Posisi itu menunjukkan bahwa wilayah ini berada di daerah khatulistiwa dan daerah tiupan angin musim Indo-Australia. Iklimnya berhawa tropis dengan curah hujan tinggi. Iklim dengan angin musim menyebabkan adanya musim kemarau dan musim penghujan dengan lama yang berbeda-beda untuk tiap wilayah menurut keletakannya.

3.    Teori tentang masuknya Islam ke Nusantara
Penyebaran agama Islam di Nusantara pada umumnya berlangsung melalui dua proses. Pertama penduduk pribumi berhubungan dengan agama Islam kemudian menganutnya. Kedua, orang-orang Asing Asia, seperti Arab, India, dan Cina yang telah beragama Islam bertempat tinggal secara permanen di satu wilayah Indonesia, melakukan perkawinan campuran dan mengikuti gaya hidup lokal. Kedua proses ini mungkin sering terjadi secara bersamaan.[1]
Mengenai proses masuk dan berkembangnya agama Islam ke Indonesia, para sarjana dan peneliti sepakat bahwa islami-sasi itu berjalan secara damai, meskipun ada juga penggunaan kekuatan oleh penguasa muslim Indonesia untuk mengislamkan rakyat atau masyarakatnya. Secara umum mereka menerima Islam tanpa meninggalkan kepercayaan dan praktek keagamaan yang lama. Secara umum terdapat 3 teori besar tentang asal-usul penyebaran Islam di Indonesia, yaitu teori Gujarat, teori Makkah dan teori Persia.


1.         Teori Gujarat
Teori berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia pada abad 13 dan pembawanya berasal dari Gujarat (Cambay), India. Dasar dari teori ini adalah :
a)      Kurangnya fakta yang menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebaran Islam di Indonesia.
b)      Hubungan dagang Indonesia dengan India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur Tengah – Eropa.
c)      Adanya batu nisan Sultan Samudra Pasai yaitu Malik Al Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Gujarat.
Pendukung teori Gujarat adalah Snouck Hurgronye, WF Stutterheim dan Bernard H.M. Vlekke. Para ahli yang mendukung teori Gujarat, lebih memusatkan perhatiannya pada saat timbulnya kekuasaan politik Islam yaitu adanya kerajaan Samudra Pasai. Hal ini juga bersumber dari keterangan Marcopolo dari Venesia (Italia) yang pernah singgah di Perlak ( Perureula) tahun 1292. Ia menceritakan bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yang memeluk Islam dan banyak pedagang Islam dari India yang menyebarkan ajaran Islam.[2]
2.      Teori Arab (Makkah)
Teori ini merupakan teori baru yang muncul sebagai sanggahan terhadap teori lama yaitu teori Gujarat. Teori Makkah berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke 7 dan pembawanya berasal dari Arab (Mesir). Dasar teori ini adalah:
a)      Pada abad ke 7 yaitu tahun 674 di pantai barat Sumatera sudah terdapat
perkampungan Islam (Arab); dengan pertimbangan bahwa pedagang Arab sudah mendirikan perkampungan di Kanton sejak abad ke-4. Hal ini juga sesuai dengan berita Cina.
b)      Kerajaan Samudra Pasai menganut aliran mazhab Syafi’i, dimana pengaruh mazhab Syafi’i terbesar pada waktu itu adalah Mesir dan Mekkah. Sedangkan Gujarat/India adalah penganut mazhab Hanafi.
c)      Raja-raja Samudra Pasai menggunakan gelar Al malik, yaitu gelar tersebut berasal dari Mesir.
Pendukung teori Makkah ini adalah Hamka, Van Leur dan T.W. Arnold. Para ahli yang mendukung teori ini menyatakan bahwa abad 13 sudah berdiri kekuasaan politik Islam, jadi masuknya ke Indonesia terjadi jauh sebelumnya yaitu abad ke 7 dan yang berperan besar terhadap proses penyebarannya adalah bangsa Arab sendiri.

3.      Teori Persia
Teori ini berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad 13 di Sumatra dan pembawanya berasal dari Persia (Iran). Dasar teori ini adalah kesamaan budaya Persia dengan budaya masyarakat Islam Indonesia seperti :
a)      Peringatan 10 Muharram atau Asyura atas meninggalnya Hasan dan Husein cucu Nabi Muhammad, yang sangat di junjung oleh orang Syiah/Islam Iran. Di Sumatra Barat peringatan tersebut disebut dengan upacara Tabuik/Tabut. Sedangkan di pulau Jawa ditandai dengan pembuatan bubur Syuro.
b)      Kesamaan ajaran Sufi yang dianut Syaikh Siti Jennar dengan sufi dari Iran yaitu Al – Hallaj.
c)      Penggunaan istilah bahasa Iran dalam sistem mengeja huruf Arab untuk tanda-tanda bunyi Harakat.[3]

4.    Proses Islamisasi di Sumatera
Aceh, daerah paling barat dari Kepulauan Nusantara, adalah yang pertama sekali menerima agama Islam. Bahkan di Acehlah kerajaan Islam pertama di Indonesia berdiri, yakni Pasai. Berita dari Marcopolo menyebutkan bahwa pada saat persinggahannya di Pasai tahun 692 H / 1292 M, telah banyak orang Arab yang menyebarkan Islam.
Adanya berita dari Marcopolo yang mengatakan bahwa ketika ia mengunjungi Sumatera penduduk Sumatera Utara beragama Hindu kecuali Ferlec yang sudah beragama Islam dan adanya batu nisan kubur di Aceh dengan nama Sultan Al Malik al-Saleh yang berangka tahun wafat 1297 M menandakan bahwa Islam sudah tumbuh dan berkembang di wilayah Sumatera. Adapun teori yang mengatakan Islam masuk Indonesia abad ke-7 M, tidak lebih realitas “masuknya” yang dibawa oleh para pedagang muslim karena dalam perjalanan pelayaran dagang mereka ke dan dari Cina selalu singgah di Sumatera atau Jawa.
Begitu pula berita dari Ibnu Battuthah, pengembara Muslim dari Maghribi, yang ketika singgah di Aceh tahun 746 H / 1345 M menuliskan bahwa di Aceh telah tersebar mazhab Syafi’i. Untuk mengetahui sejarah dari kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera juga diperlukan pengetahuan tentang kekuasaan-kekuasaan yang ada sebelumnya. Sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera, pemegang emporium atas pelayaran dan perdagangan dari Barat ke Cina atau sebaliknya adalah kerajaan Sriwijaya. Setelah beberapa abad lamanya memegang kekuasaan pelayaran dan perdagangan datang masa kemerosotan dan kemundurannya pada abad ke-11 sampai abad-13. Hal ini disebabkan antara lain serangan dari Cola sekitar tahun 1025 M dan kekalahan atas kekuasaan di Jawa Timur pada abad ke-13. Dengan mundur dan merosotnya kerajaan Sriwijaya sebagai pusat perdagangan pemerintahan Sriwijaya dipindahkan dari Palembang ke Jambi dan kedudukannya digantikan oleh bajak laut. Pusat perdagangan pun mulai terpencar di antaranya di Pidie dan Samudera Pasai.
Demikian halnya dengan wilayah-wilayah yang berada di bawah kekuasaan Sriwijaya, satu demi satu melepaskan diri sehingga pada awal abad ke-14 muncul pusat-pusat kekuasaan baru seperti Kerajaan Aceh, Lamuri, Siak, Arkat, Rupat, Kampar Tongkal, Indragiri, Klang, Bernas, dan Perlak. Di antara kerajaan-kerajaan dan pelabuhan-pelabuhan tersebut pada akhirnya faktor ekonomi dan politik sangat menentukan siapa yang paling berpengaruh. Pada akhir abad ke-14 Kerajaan Aceh telah berkembang sebagai pusat perdagangan yang paling ramai, bahkan menurut sumber Portugis, sebagai salah satu pusat perdagangan yang terbesar di Asia.

5.    Proses Islamisasi di Jawa
Sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Islam, di Jawa telah berdiri kerajaan-kerajaan Hindu dan kerajaan-kerajaan Budha yang cukup kokoh dan tangguh, bahkan sampai saat ini hasil peradabannya masih dapat disaksikan. Misalnya, candi Borobudur yang merupakan peninggalan Budha Mahayana dan kelompok candi Roro Jonggrang di desa Prambanan dan peninggalan-peninggalan lainnya yang tersebar di Jawa.
Setelah agama Islam datang di Jawa dan Kerajaan Majapahit semakin merosot pengaruhnya di masyarakat, terjadilah pergeseran di bidang politik. Menurut Sartono, islamisasi menunjukkan suatu proses yang terjadi cepat, terutama sebagai hasil dakwah para wali sebagai perintis dan penyebar agama Islam di Jawa. Di samping kewibawaan rohaniah, para wali juga berpengaruh dalam bidang politik, bahkan ada yang memegang pemerintahan. Otoritas kharismatis mereka merupakan ancaman bagi raja-raja Hindu di pedalaman. Pengembangan politik para wali yang semula berkedudukan di kota-kota pantai, ternyata tidak dapat dipertahankan oleh penerusnya. Akhirnya, pusat aktivitas politiknya pindah ke pe­dalaman yang semula kuat kehinduannya, bahkan sampai ke Madura dan kota-kota lain di Nusantara.
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa, pendirinya adalah Raden Patah seorang putra raja Majapahit. Daerah ini diberikan kepada Raden Patah yang menjadi Raja pertama Demak, keturunan Raja Majapahit yang terakhir (dari zaman sebelum islam), yang dalam legenda bernama Brawijaya. Ibu Raden Patah konon adalah seorang putri Cina dari Keraton Majapahit. Adapun nama Patah merupakan perubahan dari kata Arab Fattah yang berarti pembuka. Maksudnya, pembuka pintu gerbang kemenangan, dan nama sebelumnya adalah Pangeran Jinbun, tatkala dia memperdalam agama Islam kepada Sunan Ampel, dan Raden Rahmat, dia pun memperoleh gelarFattah. Raden Patah terang-terangan memutuskan segala ikatannya dengan Majapahit yang sudah tidak berdaya lagi. Dengan bantuan daerah-daerah lainnya di Jawa Timur yang sudah Islam, seperti Jepara, Tuban, dan Gresik di samping dapat mendirikan kerajaan Islam dia juga dapat merobohkan Majapahit. Kemudian dia memindahkan semua alat upacara kerajaan dan pusaka-pusaka Majapahit ke Demak, sebagai lambang tetap berlangsungnya kerajaan kesatuan Majapahit, tetapi dalam bentuk yang baru. Dia resmi menjadi Sultan Demak Pertama, bergelar Sultan Sri Alam Akbar. Selanjutnya, Demak dijadikan pusat dan benteng agama Islam untuk wilayah barat dan Giri untuk wilayah timur. Akan tetapi dalam hal Demaklah yang menjadi pemimpin seluruh pesisir dalam usaha menanam kekuatan di Jawa.
Peranan Wali Songo dalam perjalanan Kerajaan-kerajaan Islam di Jawa sangatlah tidak bisa dipisahkan. Jika boleh disebut, merekalah yang menyiapkan pondasi-pondasi yang kuat dimana akan dibangun pemerintahan Islam yang berbentuk kerajaan. Kerajaan Islam di tanah Jawa yang paling terkenal memang adalah Kerajaan Demak. Namun, keberadaan Giri tak bisa dilepaskan dari sejarah kekuasaan Islam tanah Jawa.
Sebelum Demak berdiri, Raden Paku yang berjuluk Sunan Giri atau yang nama aslinya Maulana Ainul Yaqin, telah membangun wilayah tersendiri di daerah Giri, Gresik, Jawa Timur. Wilayah ini dibangun menjadi sebuah kerajaan agama dan juga pusat pengkaderan dakwah. Dari wilayah Giri ini pula dihasilkan pendakwah-pendakwah yang kelah dikirim ke Nusatenggara dan wilayah Timur Indonesia lainnya. Giri berkembang dan menjadi pusat keagamaan di wilayah Jawa Timur. Bahkan, Dalam perjalanannya, setelah melemahnya Majapahit, berdirilah Kerajaan Demak (1500 – 1550). Lalu bersambung dengan Kerajaan Pajang (1568 – 1618), kemudian pada 1618 Senopati Mataram mengendalikan Pajang. Meski kerajaan dan kekuatan baru Islam tumbuh, Giri tetap memainkan peranannya tersendiri. Sampai ketika Mataram dianggap sudah tak lagi menjalankan ajaran-ajaran Islam pada pemerintahan Sultan Agung, Giri pun mengambil sikap dan keputusan. Giri mendukung
kekuatan Bupati Surabaya untuk melakukan pemberontakan pada Mataram.
BAB III
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Bahwa proses islamisasi di nusantara melalui beberapa proses yang panjang sehingga sampai saat ini sejarahnya masih di kenal sepanjang waktu, dengan melalui proses yang sangat panjang itu akhirnya islam di indonesia mengalami perkembangan yang semakin maju dengan mengikuti perkembangan zaman.
Pada masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia terdapat beraneka ragam suku, bangsa, organisasi pemerintahan, struktur ekonomi, dan sosial budaya. Suku bangsa Indonesia yang bertempat tinggal di daerah-daerah pedalaman, jika dilihat dari sudut antropologi budaya, belum banyak mengalami percampuran jenis-jenis bangsa dan budaya dari luar, seperti dari India, Persia, Arab, dan Eropa. Struktur sosial, ekonomi, dan budayanya agak statis dibandingkan dengan suku bangsa yang mendiami daerah pesisir. Mereka yang berdiam di pesisir, lebih-lebih di kota pelabuhan, menunjukkan ciri-ciri fisik dan sosial budaya yang lebih berkembang akibat percampuran dengan bangsa dan budaya dari luar.
Dalam  masa kedatangan dan penyebaran Islam di Indonesia, terdapat negara-negara yang bercorak Indonesia-Hindu. Di Sumatra terdapat kerajaan Sriwijaya dan Melayu; di Jawa, Majapahit; di Sunda, Pajajaran; dan di Kalimantan, Daha dan Kutai.















DAFTAR PUSTAKA

M.C. Ricklefs. 1991. Sejarah Indonesia Modern. YOGYAKARTA: Gadjah Mada University Press.
Azyumardi Azra. 2002. Islam Nusantara:Jaringan Global Dan Lokal. BANDUNG : mizan.
P.A. Hosein Djadjadiningrat. 1963. Islam Di Indonesia. DJAKARTA : PT. Pembangunan.


[1] M.C. Ricklefs, Sejarah Indonesia Modern (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1991), hlm. 3
[2] Azyumardi Azra, Islam Nusantara:Jaringan Global Dan Lokal (bandung : mizan, 2002) hlm.20-21
[3] P.A. Hosein Djadjadiningrat, “Islam Di Indonesia”, Dalam Kennet Norgan, ed., Islam Djalan Mutlak, terj. Abu salamah, dkk. (djakarta : PT. Pembangunan, 1963), hlm. 99-140